Minggu, 21 Juni 2009

catatanku


Melihat Konsep Peningkatan Pertanian di Malaysia
Metode Agropreneur, Target Petani jadi Pengusaha

Malaysia adalah salah satu negara industri dan bisnis. Tapi, tetap mengedepankan pertanian sebagai salah satu sektor utama usaha masyarakat. Saat ini saja pemerintah Malaysia sibuk mengkampanyekan sistem agropreneur sebagai landasan pertanian mereka, tujuanya ingin menjadikan petani sebagai pangusaha.

Jitro Paputungan, Malaysia

Bila di Gorontalo kita mengenal istilah Agropolitan, yakni menjadikan Gorontalo sebagai pusat pertanian, maka lain lagi dengan pertanian yang ada di Malaysia, saat ini Agropreneur yang giat dikembangkan Pemerintahan Malaysia khususnya untuk Kementrian Pertanian. Tujuan utama dari sistem agroprenur ada menjadikan petani sebagai pengusaha. Artinya petani tidak lagi banyak menggantungkan usaha, terutama bagi para tengkulak tapi menjadikan pertanian mereka sebagai ladang usaha baru. Di Malaysia semua sektor bergerak untuk mengemabangkan pertanian agar lebih unggul, apalagi didukung dengan adanya Malaysia Agricultural Research and development institute (MARDI). Mardi merupakan lembaga khusus untuk tempat penelitian pertanian di Malaysia
Metode Agroprenur ini sendiri merupakan kombinasi antara pertanian dan pengusaha. Dengan target pemerintah Malaysia adalah menjadikan petani juga sebagai pengusaha. Yang tentunya cara dan pola bertani juga dirubah. Cara merubah pola bertani masyarakat yakni dengan metode moderen, petani tidak lagi menggunakan cangkul dan peralatan pertanian tradisional lainya tapi serba teknologi.
“Petani harus dimoderenkan, tidak pakai cangkul lagi. Dan saat ini Kementrian Pertanian sedang mempopulerkan peningkatan pertanian dengan Agroprenure, yakni kombinasi pertanian dan pengusaha. Agar petani juga jadi pengusaha,” kata Fazlinda Fadzil bidang Program Perhubungan dan Komunikasi Korporat bahagian urusan korporat Pejabat Mardi, dengan bahasa Indonesianya yang tate-tate kepada Gorontalo Post seusai melakukan pertemuan dengan delegasi Kades se Boalemo yang mengungjungi Mardi, Selasa (27/11) di meeting room Mardi.
Sebelumnya dihadapan Kades se Boalemo, Fazlinda mengatakan, khusus Mardi (dalam bahasa melayu kepanjanganya = Intitute Penyelidikan dan Kemajuan Pertanian Malaysia) saat ini sedang dikembangkan pertanian -pertanian yang bisa dijadikan unggulan untuk menuju sistem agroprenur yakni meliputi Padi, Pakan Ternak, Ternak, buah-buahan, seperti nenas, belimbing, melon, mangga, durian dan pepaya, sayuran kacang kedelai serta ubi kayu. “Keculi Getah (Karet,red), cacao dan sawit, tidak dikembangkan lagi karena sudah maju dan lebih dulu unggul, sehingganya kita liat potensi lain untuk dikembangkan, seperti buah-buah, padi, ubi kayu,” kata Fadzlinda. Untuk Padi, Mardi sejak tahun 1972 banyak menciptakan varietas untuk dikembangkan di Malaysia. Sedangkan untuk pakan ternak, institut yang memiliki lahan ratusan hektar di negeri Selangor ini, setiap harinya mampu memproduksi pakan ternak dengan kwalitas eksport sebanyak 50 ton pakan yang sudah dalam bentuk pelet. Bahan baku untuk pakan ini, hanya dari jerami padi serta pelepah daun kelapa sawit, yang diolah dengan cara modern.
Di Malaysia sendiri bahan baku pakan yang mudah didapat adalah pelepah kelapa sawit, sehingganya yang paling banyak diproduksi adalah pakan dari pelepah sawit, yang nantinya untuk ternak sapi potong, sapi susu, dan kambing. Hasil produksinya bisa dibilang memuaskan, dimana sekali giling untuk pelepah bisa mencapai 8 ton yang seharinya bisa mencapai 7 kali giling. Harganyapun cukup menggigit, satu ton pakan yang sudah dalam bentuk pelet mencapai 320 ringgit, atau setara dengan Rp 1.024.000 (1 RM = Rp 3200). “Dan kalau sudah diekspor, kalau untuk Jepang mencapai RM 700,” kata Kepala Bagian Penyelidikan Ternak Strategi Mardi, Moh.Yunus Ismail saat menerangkan produksi pakan. Usaha ini kata Moh Yunus, juga sebagai langkah memoderenkan petani. Petani tidak lagi menggunakan sistem pengolahan pakan yang tradisonal tapi dengan cara modern. Sebab di Mardi sendiri tersedia hasil pakan khusus untuk eksperimen sebagai gambaran bagi petani dalam menggembangkan pertanian.
Apakah program dan moderenisasi pertanian ini bisa berlaku di Gorontalo, tentunya harus ada dukungan semua pihak termasuk lembaga peneliti, seperti yang dikembangkan pemerintahan Malaysia. Sebab ternyata negeri jiran ini juga hanya menjiblak pertanian ala tanah paman sam, yang semuanya sudah moderen. Di Malaysia sedang bergerak, maka kapan kita akan mulai bergerak ? (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar