Minggu, 09 Agustus 2009

Berkunjung ke MAN-IC, Sekolah Dengan Segudang Prestasi (3 Habis)


Ulangan Harian Pakai LJK, Tenaga Pengajar Doktor dan Magister
"SEMUA Tidak Instan, harus ada proses kalau sesuatu yang instan hasilnya pasti kurang baik," begitu kata Kepala MAN Insan Cendekia (MAN-IC) Suwardi.MPd, saat ditanya prestasi yang diraih MAN Cendekia selama ini, terutama prestasi akademik, yang tiap tahun dalam Ujian Nasional, siswa MAN Cendekia pasti nilainya diatas rata-rata, dan lulusnya 100 persen.

Jitro Paputungan

WAJAR Kalau MAN INsan Cendekia memiliki segudang prestasi dalam hal akademik, sekolah ini selain fasilitas yang super lengkap, didukung dengan tenaga guru yang sebagian besar Strata 2 (Magister), jam belajar lebih banyak, dan pembinaanya yang tidak instan. Artinya pembinaan yang dilakukan 24 jam terhadap siswa selama 3 tahun belajar di MAN-IC. Di Sekolah ini, siswanya sudah dibiasakan dengan sistem Ujian Nasional (UN), saban kali melakukan ujian (ulangan) harian, lembar jawabannya adalah Lembar Jawaban Komputer (LJK) mirip yang digunakan saat UN. LJK ini kemudian diperiksa tidak dengan manual, tapi dengan komputerisasi. LJK hasil ulangan harian tersebut discan seperti sistem pemeriksaan hasil UN. "Kami memiliki alat scanernya, jadi setiap kali ulangan harian,atau ulangan semester hasilnya kita scaner karena menggunakan LJK," ungkap Suwardi sambil menunjuk alat scaner yang berada di ruang akademik MAN-IC. Hasil ulangan harian, berapapun angkanya langsung ditempel keesokan harinya pada papan pengumuman, sehingga para siswa bisa langsung mengetahui nilai ulanganya. "Berapa saja, nilainya dibawah pun kita tempel. Itu untuk motivasi siswa, ujian berikut jangan dapat nilai dibawah lagi karena semua akan lihat," jelas Suwardi.
Dengan begitu untuk Ujian Nasional, para siswa tidak kebingunan lagi menggunakan sistem LJK karena telah terbiasa sejak awal masuk MAN-IC. Pembiasaan penggunaan LJK hanya salah satu bagian yang dilakukan MANIC untuk persiapan Ujian Nasional, MAN-IC juga rutin melakukan try out bagi siswa kelas III, termasuk juga ada pengayaan. Yang menarik dan mungkin yang berbeda dengan sekolah lain adalah kebijakan MAN-IC menggunakan akhir semester (Semester genap untuk kelas III) full untuk persiapan UN. "Selama satu semster itu kita gunakan untuk mereviw pelajaran-pelajaran kelas satu dan dua," ungkap Suwardi.
Sedangkan untuk penunjang akademik, seperti SDM, di MAN Insan Cendekia saat ini telah ada satu guru S3 (doktor) dan tiga lainya sedang studi S3, sedangkan untuk Magister telah ada 28 orang, tersisah tinggal ada 13 orang guru yang masih S1,"Kedepan memang target kita tidak ada lagi guru S1, masa ngajar SD saja sudah s1, yang SMA juga S1," kata Suwardi. SDM yang menunjang dan profesional maka hasil out put pasti akan baik, guru-guru di MAN-IC semuanya menikmati profesinya masing-masing sehingga tidak ada guru yang tidak konsen saat mengajar. Semua guru dan siswa di asramakan, sehingga pembinaan 1x24 jam, pembinaan siswa tidak maraton saat kelas tiga tapi sejak awal masuk MANIC. Siswa harus terbiasa dengan dunia MANIC yakni bagun pagi dengan belajar saat akan tidur pun sedang belajar. Aktivitas MANIC dimulai pukul 04.00 dini hari setiap hari, jam segitu siswa wajib bangun untuk Sholat Subuh dan Tadarus, sedangkan sebelum belajar di dalam kelas pukul 06.30 siswa wajib Tahfidz kurang lebih setengah jam, pukul 07.00 sampai 15.15 adalah proses belajar mengajar, sedangkan istrahat sholat dan makan (Ishoma) hanya sekali dengan waktu 15 menit usai jam 12 siang. Jam 15.15 sampai 16.00 adalah waktu untuk Sholat Ashar, jam 4 sore sampai sebelum Magrib siswa melakukan Bimbingan belajar, Klinik Mata Pelajaran dan kegiatan Mandiri. "Klinik mata pelajaran untuk mereka (siswa) yang kesulitan belajar saat didalam kelas hari itu. Siswa harus berkonsultasi dengan guru klinik mata pelajaran untuk memecahkan kesulitan, seperti mungkin rumusan matematika yang terasa sulit sehingga esoknya sudah bisa lagi," ujar Suwardi. Pukul 18.00 sampai 19.15 siswa Sholat Magrib, Kajian Kitab, Sholat Isya dan makan malam, pukul 20.00 sampai sebelum tidur siswa belajar mandiri di Asrama. "MANIC memang bertujuan menciptakan calon pemimpin yang unggul, otak jerman dan hati Makkah," ujarnya.
Yang menarik juga di sekolah ini adalah pembinaan usai dinyatakan lulus UN, Sekolah tidak begitu saja lepas tanggungjawab, tapi masih dilakukan pembinaan khusus untuk masuk perguruan tinggi. Jangan heran, sudah dengan nilai yang diatas rata-rata para siswa lulusan MANIC juga banyak diterima pada perguruan tinggi bonavit ditanah air dan manca negara. "Karena kita lakukan pembinaan khusus masuk PT, dan itu gratis," Suwardi. Lulusan tahun ini sudah 11 orang yang langsung diterima di Universitas Indonesia, sedangkan tahun sebelumnya lulusan MANIC diterima pada Universitas di Malaysia, Japan, dan Inggris. Selaian prestasi ujian nasional, selama belajar para siswa juga berhasil mengangkat dunia pendidikan Gorontalo dan republik ini ke dunia international, seperti pertukaran pelajar Indonesia - Japan tahun 2009, bea siswa penelitian Biokimia di NTU Singapura, serta bulan depan akan diutus satu siswa MANIC untuk mengikuti Olimpiade Dunia di Taiwan. Untuk prestasi tingkat nasional, sekolah yang berkampus di Bone Bolango ini berhasil meraih Medali Perunggu pada OSN 2007 (bidang ekonomi), Medali Emas OSN bidang Kebumian (tahun 2008), Perunggu bidang Komputer (OSN 2008) dan Perunggu Bidang Ekonomi (OSN 2008). "Selaian akademik pembinaan lain juga ada, seperti Olahraga, Keagamaan, dan pengembangan bakat seni," jelas Suwardi. Lulusan IKIP Malang tahun 1993 ini menambahkan, sekolah yang dipimpinya sudah lama mengantongi Sekolah Berstandar Internatioal (SBI). SBI tidak sekedar linguistik (bi lingual), tapi konten untuk penguasaan isi pembelajaran. "Sebab kalau hanya bahasa, ditakutkan siswa nggak ngerti. Jadi konten, fokus pada pengusaan pelajaran. Bahasa itu hanya sebagai alat komunikasi," ###

Berkunjung ke MAN-IC, Sekolah Dengan Segudang Prestasi (2)


Tiap Pelanggaran Diskor, Tak Naik Kelas Drop Out


SEKOLAH Dengan label Berstandar Internasional sejak Oktober tahun 2006 sesuai SK Dirjen nomor DJ.II/438A/2006 ini, juga konsisten dengan sistem pendidikan yang dijalankan. Siswa yang belajar di MAN Insan Cendekia (MANIC) harus serius, kalau tidak tentu ada sanksi yang diberikan. Seperti apa ?


Jitro Paputungan / Gorontalo

SEMUA Siswa terlihat konsen belajar apalagi saat ada di ruang kelas, saya melihat setiap siswa ada lebih dari dua buku pelajaran yang berada di atas meja, pun begitu tangan mereka terlihat lincah mencatat pelajaran yang disampaikan guru mereka, mata mereka juga melotot memperhatikan penjelasan guru. Di meja siswa, tak satupun barang yang tak berhubungan dengan pelajaran, termasuk mesin hitung seperti kalkulator. Para siswa ini juga tidak satu pun yang menggenggam telepon seluler, karena tidak dibolehkan. Bukan maksud MANIC membelenggu mereka dari dunia luar, atau tidak membenarkan berhubungan dengan orang tua mereka. "Anda tahu lah bagaimana Hp (Handphone) sekarang dipergunakan anak-anak, mereka masih banyak menggunakan untuk yang tidak baiknya," kata Kepala MANIC Suwardi saat beranjak dari kawasan ruang kelas, Kamis (6/8). Untuk menghubungi orang tua, lembaga menyediakan telepon seluler khusus dan jaringan telepon yang ada pada guru asuh di Asrama, mereka bisa menggunakanya tapi saat-saat emergancy. "Seperti, siswa yang minta dikirimin uang jajan, atau lagi sakit," katanya.
Tidak membenarkan handpohone bagi siswa hanyalah salah satu bagian ketentuan di kampus, banyak ketentuan yang harus ditaati siswa. Di Sekolah ini, telah dibikin daftar skor untuk tiap pelanggaran, dari pelenggaran ringan hingga berat. Skornya sampai 100, kalau ada yang sudah mencapai angka itu, maka siap-siaplah berkemas untuk meninggalkan kampus MANIC, karena siswa seperti itu dianggap tidak serius menimba ilmu di MANIC. "Pernah ada siswa yang lompat pagar, itu pelanggaran yang termasuk berat, skornya 75. Jadi masih diampuni, dia dihukum tapi hukumnya bukan seperti keliling-keliling lapangan," ujar Suwardi didampingi Pak Budi Bagian Kesiswaan MANIC. Skor pelanggaran berlaku selama siswa belajar di MANIC, jadi kalau siswa membuat kesalahan pada kelas 1 dengan angka misalnya 80 maka selama tiga tahun jangan berani lagi mengulanginya atau membuat kesalahan lain. "Memang ada cara-cara yang harus ditempuh siswa untuk menghapus skor itu," tambahnya.
Saksi yang diberikan adalah berkaitan dengan pelanggaran, seperti misalnya saat penerapan hari berbahasa Inggris, ada siswa yang kedapatan tidak berbahasa Inggris maka hukumanya adalah menghafal sejumlah kosakata bahasa Inggris untuk menambah kekayaan kata bahasa Inggris siswa. "Hari itu juga dihafal, kita tidak menghukum mereka dengan menjewer ditelinga," kata Suwardi, yang menambahkan kalau mereka diharamkan menghukum dengan fisik. Seperti juga siswa yang sering telat Sholat berjamaah di Masjid, siswa tersebut selama beberapa hari dihukum dengan menjadi Imam, "Kalau seperti itu kan mereka tidak terlambat lagi," ujarnya. Pelanggaran siswa seperi lompat pagar, Sekolah mengambil kebijakan dengan menskorsnya. Tapi tidak dipulangkan ke rumah, melainkan 'diasingkan' di pesantren atau panti asuhan bersama anak-anak yatim. Tugasnya membina dan menyalurkan ilmu pada anak-anak panti itu. "Jadi sekembalinya dari Panti, dia sadar kalau ternyata belajar di MANIC itu lebih enak karena fasilitasnya lengkap," katanya.
MANIC sendiri memberikan banyak fasilitas pendidikan yang tidak semuanya dimiliki sekolah-sekolah umum, fasilitas tersebut seperti laboratorium setip pelajaran (masing-masing dua ruangan), bengkel seni, perpusatakaan (cyber library) dan perpustakaan buku dengan koleksi lebih dari 5 ribu judul, area kampus yang terkoneksi dengan jaringan internet nircable, fasilitas ekstra kulikuler, makan dan minum (asrama) serta biaya sekolah yang gratis. "Kalau disekolah lain gartisnya hanya SPP, disini semuanya gratis," Suwardi. Doktrin bagi siswa adalah belajar dengan giat untuk menjadi SDM yang berkualitas tinggi dalam Impak dan menguasai Iptek, karena seluruh biaya sekolah dibebankan pada negara. "Uang negara adalah uang rakyat, yang didalamnya juga banyak uang orang miskin. Kalau tidak belajar dan tidak serius maka kita berdosa," ujarnya.
Di MANIC bisa dilihat siswa yang tidak serius, seperti pada nilai pelajaran yang merosot, atau tidak naik kelas. Siswa yang tidak naik kelas harus pindah dari MANIC karena ditakutkan tidak akan menguasai penjurusan yang membutuhkan kopetensi, "Dulu istilahnya di DO (Drop Out), siswanya tidak boleh lagi belajar di IC (Insan Cendekia)," ujaranya. Siswa-siswa MANIC adalah siswa pilihan yang dijaring dari seluruh Indonesia, tahun ini saja ada 3.660 pendaftar tapi yang diterima hanya 120 siswa dengan kopetensi diatas rata-rata. Artinya kalau diantara 120 itu ada yang tidak naik kelas, maka jelas siswa itu tidak serius. Sebelum memulai belajar di kampus MANIC, Madrasah terlbih dahulu melakukan Matrikulasi selama dua minggu, ini untuk penyesuaian siswa dengan lingkungan kampus serta memahami ketentuan di MANIC. Karena diasramakan, maka lembaga membuat bejara di MANIC seperti di rumah, sehingga belajar lebih enjoy. Pembinaan juga dilakukan selama 24 jam, dari bangun pagi, ke sekolah hingga istrahat malam semuanya dalam pengawasan. (bersambung)

Berkunjung ke MAN-IC, Sekolah Dengan Segudang Prestasi (1)


Didirikan Habibie, Gunakan Filosofi Ilmu Petani


SIAPA Yang tidak kenal MAN Insan Cendekia Gorontalo, sekolah Madrasah yang banyak melahirkan siswa berprestasi, sekolah ini bahkan mengangkat dunia pendidikan di negeri ini hingga kelas International. Apa saja resep hingga sekolah ini unggul dan banyak mencetak siswa berprestasi. Berikut catatan Jitro Paputungan, Wartawan Gorontalo Post, yang berkunjung ke sana

"Terima Kasih Anda Tidak Merokok di Area Kampus," Kalimat itu yang akan menyambut pengunjung kalau ingin ke MAN Insan Cendekia (MANIC), karena terpampang pas dipintu masuk kampus Madrasah. Sepertinya MAN Cendekia 'mengharamkan' rokok untuk semua warganya termasuk tidak membenarkan rokok berada wilayah sekolah yang beralamat di Kecamatan Tilongkabila, Kabupaten Bone Bolango ini.
Berkunjung ke MANIC pasti akan merasa nyaman, karena kampusnya yang asri, juga didukung dengan warganya yang murah senyum. Dan yang perlu dicatat adalah sekolah ini sangat rapi, para tenaga pengajar hingga cleaning serevice tidak ada yang berpakaian asal-asalan, semua berseragam, bahkan para guru semuanya menggunakan dasi selama jam pelajaran berlangsung. Artinya kalau berkunjung ke MANIC jangan lupa untuk merapikan diri, minimal menggunakan busana muslim. "Apakah anda sudah berpakaian Muslim," kalimat itu pula yang terpampang di gerbang masuk MANIC.
Saya langsung disambut Kepala MANIC Suwardi.Mp.d, saat berkunjung ke sana, Kamis (6/8) kemarin. Sebelum memulai wawancara dengan Kepala MANIC, saya terlebih dahulu diajak jalan-jalan keliling kampus MANIC melihat fasilitas di sekolah itu. Dan ternyata memang sangat lengkap, rata-rata kelas sudah menggunakan sistem ICT, dimana guru selain mengajar dengan menggunakan papan tulis (white board) juga ada projektor sebagai presentasi bahan ajar secara lengkap lewat laptop. Didalam kelas antara perempuan dan laki memang digabung, hanya tempat duduknya yang dipisah, kelompok perempuan berada disamping kiri dan laki dibagian kanan kelas, setiap kelas rata-rata hanya berisi 24 siswa. Selama keliling-keliling tidak ada satu pun guru maupun siswa berkeliaran karena saat itu jam pelajaran sedang berlangsung. Guru yang tidak punya jam mengajar, memilih beraktivitas dalam ruangan guru (dewan guru), mereka memilih menguatk-atik komputer yang terkoneksi dengan internet untuk menambah literatur pengajaran dari pada berdiam atau ngerumpi dalam kantin sekolah. "Disini terjadwal semuanya, sebelum jam istrahat yah gini aktivitasnya, sekolah sangat sepi," kata Suwardi saat berada di ruang guru, kemarin.
Didampingi beberapa staf pengajar, Kepala MANIC menunjukan satu per satu ruangan di sekolah ini, mulai dari laboratorium, perpusatakaan (Cyber Library) dan perpustakaan buku dengan koleksi lebih dari 5 ribu judul, kantitn kejujuran dan tak ketinggalan adalah pajangan media cetak lokal dan nasional yang berada di area kelas. "Ada koran nasional dan koran lokal, sehingga Mbah Surip meninggal pun para siswa yang semuanya diasramakan ini tahu," ujar Suwardi menunjukan pajangan media cetak tersebut.
Suwardi yang telah menjadi staf pengajar sejak MANIC didirikan ini mengatakan, sebelum sekolah ini dikelolah Departemen Agama, Insan Cendekia adalah sebuah SMU yang didirikan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) di prakarsai oleh Presiden RI ke 3 Prof.Dr.Ing.BJ Habibie. "Tujuanya adalah untuk pengembangan SDM Islam, umat Islam adalah mayoritas dinegeri ini, tapi waktu itu kalau berkompetisi bidang pendidikan sering kali kalah, makanya dibuat sekolah ini, dengan mengedepankan ilmu pengetahuan, dan ahlaq para siswa juga jalan," ujarnya. Atau otak siswa berkelas Jerman dan hati serta sikap siswa adalah Makkah.
Suwardi mengatakan, keunggulan sebuah lembaga itu sebenarnya terbuka untuk dicapai, semua berkesempatan menjadi sukses, tinggal tergantung pembinaan yang harus betul-betul serius. Di MANIC sendiri diterapkan adalah filosofi ilmu pentani, "Bibit yang bagus harus ditanam di tempat yang tepat, dan dirawat dengan baik, maka Insya Allah hasilnya pasti baik," ungkap Suwardi. Aritinya, siswa yang memang unggul harus dibina dengan baik, tentu dengan tempat pendidikan yang menunjang agar kreativitasnya tidak mati. "Terkadang ada siswa yang pingin itu, tapi orang tuanya pingin ini, maka harus dicarikan solusi kalau tidak pasti akan salah," tambah Suwardi. (Bersambung)